Kali ini ane bahas soal sejarah gan hehe gak asli ane yang penelitian she, yang penting niatnya shareable gan hehe :D, monggo di simak :
Meneliti Jejak Kahuripan di Lereng Gunung Pegat
Babat
sumber: http://oase.kompas.com/read/2013/05/09/04014386/Meneliti.Jejak.Kahuripan.di.Lereng.Gunung.Pegat.Babat
Oleh: Miyu Kapika, wartawan budaya.
Para budayawan-peneliti berdarah Lamongan “blusukan” lagi, demi
cinta dan bakti mereka terhadap tanah leluhur yang sejarahnya disia-siakan
terlalu lama. Mereka ialah Viddy Ad Daery, Sufyan Al-Jawi yang kali ini
disertai Mat Rais dan Jumartono serta Ahmad Fanani Mosah dari LKL ( Lembaga
Kebudayaan Lamongan ), dan kini mengarahkan penelitiannya ke tanah tinggi di
lereng Gunung Pegat, Babat, ke sebuah desa yang bernama Kuripan, sebelah timur
desa Puncak Wangi. Hal itu merupakan langkah lanjutan “meneliti jejak Mahapatih
Gajah Mada di masa mudanya”, dimana temuan-temuan di lapangan semakin
mengukuhkan teori yang berdasarkan folklore dari desa Modo dan sekitarnya,
bahwa “Gajah Mada adalah kelahiran Modo dan sekitarnya”.
“Nama Kuripan itu menarik hati kami, karena merupakan toponimi
atau pergeseran nama dari Kahuripan, dan menurut catatan arkeologi, sebelah
desa Kuripan, yakni desa Puncak Wangi pernah ditemukan prasasti dan benda-benda
kuno, maka kami menduga desa Kuripan pernah menjadi desa penting di masa lalu.”
Kata Viddy Ad Daery yang bertindak sebagai juru-bicara tim peneliti tersebut.
“Ketika kami mendatangi lokasi desa Kuripan memang ada “aura”
desa kuno, yakni tata desanya yang sederhana tapi rapi, yakni ada perempatan
sebagai pusat desa, lalu dari situ rumah-rumah berjajar-jajar. Beberapa rumah
juga masih tampak berciri kuno, yakni rumah limas atau rumah bucu kalau
mewah”.Simpul Sufyan Al-Jawi, seorang Arkeolog-numismatik.
“Dalam prasasti disebutkan, bahwa vassal atau kerajaan bawahan
Majapahit antaralain adalah Kahuripan dipimpin Bre Kahuripan dan Kabalan
dipimpin Bre Kabalan. Nah, coba lihat, posisi Kuripan ini berseberangan dengan
desa Kabalan ( kini Kebalan Dono ) nun disana, jadi pasti Kuripan ini dulunya
mempunyai posisi sepenting Kabalan !” simpul Viddy pula.
Jumartono yang bertugas sebagai fotografer juga menyatakan,
bahwa bulukuduknya merinding ketika memasuki desa Kuripan. “Aroma desa kunonya
sangat kuat.” Kata pelukis yang kini menekuni art-fotografi itu.
Tim berhasil mewawancarai dua orang narasumber, yaitu Sutrisno
yang rumahnya berada di dekat perempatan desa lama, dan H.Sulanan yang
merupakan kyai desa. Sutrisno menuturkan kisah folklore yang berharga, bahwa
dulunya desa Kuripan disebut “Tanah Majapahit”. “Orang-orang tua kami bertutur,
bahwa di zaman Belanda dulu, konon Belanda tidak berani membeli tanah Kuripan
karena merupakan “Tanah Majapahit” yang dikeramatkan”, tuturnya.
Sutrisno juga menuturkan, bahwa sungai di sebelah rumahnya dulu
merupakan sungai yang agak besar dan membelah Gunung Pegat. “Jadi, orang-orang
menyebut Gunung Pegat itu sebetulnya berasal dari sungai ini yang membelah
Gunung…kalau jalan raya yang membelah Gunung Pegat sekarang itu kan baru dibangun
oleh Belanda, jadi di zaman Majapahit, jalan raya itu belum ada.” JelasSutrisno.
Ketika ditanya mengenai bekas-bekas Istana Kerajaan , Sutrisno menuturkan bahwa konon dulu pernah ditemukan pondasi istana, tapi sekarang sudah hilang atau tertutup tanah, namun situs kuburan tua masih ada di Kuripan.Sebetulnya yang lebih fasih berkisah adalah Pak Haji Sulanan…” Kata Sutrisno memberi informasi lebih lanjut.
PERJALANAN ZAMAN
Sementara itu, H.Sulanan memberi informasi mengenai “kisah tutur
nenek moyangnya”, bahwa desa Kuripan atau Kahuripan dulunya adalah “Desa
Majapahit sampai zaman Prabu Brawijaya”, dengan jalan keluar-masuk desa
mengarah ke barat atau ke arah desa Puncak Wangi.
“Namun semenjak zaman Prabu Brawijaya, desa diperluas ke arah
utara, karena desa dari arah barat diserang oleh Kerajaan Blambangan dan
dibumihanguskan. Arah utara masa kini adalah menyambung ke desa Payaman, desa
Gendong, selanjutnya ke Plaosan tembus jalan raya Babat-Kabalan”, kisah
H.Sulanan yang berprofesi petani merangkap kyai desa.
Perjalanan zaman adalah “up and down”. Selanjutnya, menurut
H.Sulanan, di zaman akhir Majapahit, Payaman justru lebih maju daripada
Kuripan, maka Payaman menjadi Kademangan, yang meliputi kelurahan Kuripan,
Payaman, Sogo, Bedahan, Plaosan, Gembong, Terpan, Datinawong, Kepoh dan
Awar-awar.
Menurut H.Sulanan, Demang yang paling terkenal adalah Adi Taruna
yang merupakan kakek buyutnya. Pada zaman kejayaan Kademangan Payaman, Sunan
Ampel sempat mampir ke situ untuk berdakwah, karena itu di Payaman ada kuburan Ngampel,
yang kemungkinan adalah makam beberapa santri Sunan Ampel.
“Dulu, bengawan Solo kan mengalirnya ke selatan dari Bedahan ke Terpan, jadi Sunan Ampel konon mendarat atau melabuhkan perahunya di Terpan lalu mendaki bukit ke desa Kademangan Payaman.”kisah H.Sulanan yang kini berusia 66 tahun.
Kini, rupanya roda berputar lagi, dan Payaman kembali menjadi
padukuhan, sedang Kuripan alias Kahuripan naik status lagi menjadi Kelurahan.
Menurut Ahmad Fanani Mosah, budayawan Babat anggota LKL, dari
kisah sejarah desa Kuripan dan Payaman itu, sudah menunjukkan bahwa wilayah
tersebut merupakan desa penting di zaman Majapahit awal sampai Majapahit akhir.
“Bahwa kini desa itu menjadi desa kecil terisolir di pedalaman wilayah Babat,
lha begitu itulah perputaran roda zaman.” Simpul guru SMPN 3 Babat tersebut.
Dalam catatan sejarah resmi disebutkan , bahwa Kahuripan adalah
wilayah vassal Majapahit paling penting , karena setiap putra mahkota dijadikan
bre atau pimpinan di Kahuripan. Tribuana Tungga Dewi sebelum jadi Ratu
Majapahit adalah Rani Kahuripan . Demikian juga Hayam Wuruk sebelum diserahi
mahkota Raja Majapahit juga di”raja-muda”kan sebagai Bre Kahuripan.
“Bahkan yang menarik, Gajah Mada sebelum diangkat menjadi
mahapatih Majapahit , di”tatar” dulu oleh Ratu Tribuana Tungga Dewi , ditugasi
menjadi Patih Kahuripan , setelah matang , baru dipindah menjadi Patih Kediri,
wilayah “musuh dalam selimut” Majapahit , dan setelah siap sebagai politikus
yang matang, baru diangkat menjadi Mahapatih Majapahit!” simpul Viddy yang
memandang dari sudut politik , karena Viddy kini juga terjun ke politik praktis
masuk anggota Partai Politik tertentu , yang masih mempunyai visi idealis dan
belum tercemar dosa korupsi dan belum pernah mengkhianati bangsa.
kalo yang belum tahu tentang gunung pegat ini gan penampakanya :
ini adalah salah satu Destinasi Tujuan Wisata kota Babat yang masih belum tersentuh oleh pemerintah, o iya ada kuliner enak gan di Gunung Pegat ini namanya SEGO GUNUNG ( NASI GUNUNG ) yang pasti JEBREET !!!! gan rasanyo enak dan murah, KAPAN LAGI MAKAN SEDERHANA SUASANA PEGUNUNGAN.... :D kalo ada sempat waktu ane janji korek-korek tentang Sego Gunung ini gan :D
Sekian Selamat malam dan bermalam minggu ria ....... :D