Sabtu, 12 Oktober 2013

Meneliti Jejak Kahuripan di Lereng Gunung Pegat Babat

Kali ini ane bahas soal sejarah gan hehe gak asli ane yang penelitian she, yang penting niatnya shareable gan hehe :D, monggo di simak :

Meneliti Jejak Kahuripan di Lereng Gunung Pegat Babat
sumber: http://oase.kompas.com/read/2013/05/09/04014386/Meneliti.Jejak.Kahuripan.di.Lereng.Gunung.Pegat.Babat

Oleh: Miyu Kapika, wartawan budaya.

Para budayawan-peneliti berdarah Lamongan “blusukan” lagi, demi cinta dan bakti mereka terhadap tanah leluhur yang sejarahnya disia-siakan terlalu lama. Mereka ialah Viddy Ad Daery, Sufyan Al-Jawi yang kali ini disertai Mat Rais dan Jumartono serta Ahmad Fanani Mosah dari LKL     ( Lembaga Kebudayaan Lamongan ), dan kini mengarahkan penelitiannya ke tanah tinggi di lereng Gunung Pegat, Babat, ke sebuah desa yang bernama Kuripan, sebelah timur desa Puncak Wangi. Hal itu merupakan langkah lanjutan “meneliti jejak Mahapatih Gajah Mada di masa mudanya”, dimana temuan-temuan di lapangan semakin mengukuhkan teori yang berdasarkan folklore dari desa Modo dan sekitarnya, bahwa “Gajah Mada adalah kelahiran Modo dan sekitarnya”.

“Nama Kuripan itu menarik hati kami, karena merupakan toponimi atau pergeseran nama dari Kahuripan, dan menurut catatan arkeologi, sebelah desa Kuripan, yakni desa Puncak Wangi pernah ditemukan prasasti dan benda-benda kuno, maka kami menduga desa Kuripan pernah menjadi desa penting di masa lalu.” Kata Viddy Ad Daery yang bertindak sebagai juru-bicara tim peneliti tersebut.

“Ketika kami mendatangi lokasi desa Kuripan memang ada “aura” desa kuno, yakni tata desanya yang sederhana tapi rapi, yakni ada perempatan sebagai pusat desa, lalu dari situ rumah-rumah berjajar-jajar. Beberapa rumah juga masih tampak berciri kuno, yakni rumah limas atau rumah bucu kalau mewah”.Simpul Sufyan Al-Jawi, seorang Arkeolog-numismatik.

“Dalam prasasti disebutkan, bahwa vassal atau kerajaan bawahan Majapahit antaralain adalah Kahuripan dipimpin Bre Kahuripan dan Kabalan dipimpin Bre Kabalan. Nah, coba lihat, posisi Kuripan ini berseberangan dengan desa Kabalan ( kini Kebalan Dono ) nun disana, jadi pasti Kuripan ini dulunya mempunyai posisi sepenting Kabalan !” simpul Viddy pula.

Jumartono yang bertugas sebagai fotografer juga menyatakan, bahwa bulukuduknya merinding ketika memasuki desa Kuripan. “Aroma desa kunonya sangat kuat.” Kata pelukis yang kini menekuni art-fotografi itu.

Tim berhasil mewawancarai dua orang narasumber, yaitu Sutrisno yang rumahnya berada di dekat perempatan desa lama, dan H.Sulanan yang merupakan kyai desa. Sutrisno menuturkan kisah folklore yang berharga, bahwa dulunya desa Kuripan disebut “Tanah Majapahit”. “Orang-orang tua kami bertutur, bahwa di zaman Belanda dulu, konon Belanda tidak berani membeli tanah Kuripan karena merupakan “Tanah Majapahit” yang dikeramatkan”, tuturnya.

Sutrisno juga menuturkan, bahwa sungai di sebelah rumahnya dulu merupakan sungai yang agak besar dan membelah Gunung Pegat. “Jadi, orang-orang menyebut Gunung Pegat itu sebetulnya berasal dari sungai ini yang membelah Gunung…kalau jalan raya yang membelah Gunung Pegat sekarang itu kan baru dibangun oleh Belanda, jadi di zaman Majapahit, jalan raya itu belum ada.” JelasSutrisno.

Ketika ditanya mengenai bekas-bekas Istana Kerajaan , Sutrisno menuturkan bahwa konon dulu pernah ditemukan pondasi istana, tapi sekarang sudah hilang atau tertutup tanah, namun situs kuburan tua masih ada di Kuripan.Sebetulnya yang lebih fasih berkisah adalah Pak Haji Sulanan…” Kata Sutrisno memberi informasi lebih lanjut.
PERJALANAN ZAMAN

Sementara itu, H.Sulanan memberi informasi mengenai “kisah tutur nenek moyangnya”, bahwa desa Kuripan atau Kahuripan dulunya adalah “Desa Majapahit sampai zaman Prabu Brawijaya”, dengan jalan keluar-masuk desa mengarah ke barat atau ke arah desa Puncak Wangi.

“Namun semenjak zaman Prabu Brawijaya, desa diperluas ke arah utara, karena desa dari arah barat diserang oleh Kerajaan Blambangan dan dibumihanguskan. Arah utara masa kini adalah menyambung ke desa Payaman, desa Gendong, selanjutnya ke Plaosan tembus jalan raya Babat-Kabalan”, kisah H.Sulanan yang berprofesi petani merangkap kyai desa.

Perjalanan zaman adalah “up and down”. Selanjutnya, menurut H.Sulanan, di zaman akhir Majapahit, Payaman justru lebih maju daripada Kuripan, maka Payaman menjadi Kademangan, yang meliputi kelurahan Kuripan, Payaman, Sogo, Bedahan, Plaosan, Gembong, Terpan, Datinawong, Kepoh dan Awar-awar.

Menurut H.Sulanan, Demang yang paling terkenal adalah Adi Taruna yang merupakan kakek buyutnya. Pada zaman kejayaan Kademangan Payaman, Sunan Ampel sempat mampir ke situ untuk berdakwah, karena itu di Payaman ada kuburan Ngampel, yang kemungkinan adalah makam beberapa santri Sunan Ampel.

“Dulu, bengawan Solo kan mengalirnya ke selatan dari Bedahan ke Terpan, jadi Sunan Ampel konon mendarat atau melabuhkan perahunya di Terpan lalu mendaki bukit ke desa Kademangan Payaman.”kisah H.Sulanan yang kini berusia 66 tahun.

Kini, rupanya roda berputar lagi, dan Payaman kembali menjadi padukuhan, sedang Kuripan alias Kahuripan naik status lagi menjadi Kelurahan.

Menurut Ahmad Fanani Mosah, budayawan Babat anggota LKL, dari kisah sejarah desa Kuripan dan Payaman itu, sudah menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan desa penting di zaman Majapahit awal sampai Majapahit akhir. “Bahwa kini desa itu menjadi desa kecil terisolir di pedalaman wilayah Babat, lha begitu itulah perputaran roda zaman.” Simpul guru SMPN 3 Babat tersebut.

Dalam catatan sejarah resmi disebutkan , bahwa Kahuripan adalah wilayah vassal Majapahit paling penting , karena setiap putra mahkota dijadikan bre atau pimpinan di Kahuripan. Tribuana Tungga Dewi sebelum jadi Ratu Majapahit adalah Rani Kahuripan . Demikian juga Hayam Wuruk sebelum diserahi mahkota Raja Majapahit juga di”raja-muda”kan sebagai Bre Kahuripan.



“Bahkan yang menarik, Gajah Mada sebelum diangkat menjadi mahapatih Majapahit , di”tatar” dulu oleh Ratu Tribuana Tungga Dewi , ditugasi menjadi Patih Kahuripan , setelah matang , baru dipindah menjadi Patih Kediri, wilayah “musuh dalam selimut” Majapahit , dan setelah siap sebagai politikus yang matang, baru diangkat menjadi Mahapatih Majapahit!” simpul Viddy yang memandang dari sudut politik , karena Viddy kini juga terjun ke politik praktis masuk anggota Partai Politik tertentu , yang masih mempunyai visi idealis dan belum tercemar dosa korupsi dan belum pernah mengkhianati bangsa.

kalo yang belum tahu tentang gunung pegat ini gan penampakanya :















ini adalah salah satu Destinasi Tujuan Wisata kota Babat yang masih belum tersentuh oleh pemerintah, o iya ada kuliner enak gan di Gunung Pegat ini namanya SEGO GUNUNG ( NASI GUNUNG ) yang pasti JEBREET !!!! gan rasanyo enak dan murah, KAPAN LAGI MAKAN SEDERHANA SUASANA PEGUNUNGAN.... :D kalo ada sempat waktu ane janji korek-korek tentang Sego Gunung ini gan :D

Sekian Selamat malam dan bermalam minggu ria ....... :D


TROPIS PETSHOP

TROPIS PETSHOP
Petshop Tropis adalah satu-satunya petshop yang terdapat di KOTA BABAT ini, pendirinya adalah pengusaha muda yang mempunyai beberapa bisnis di KOTA BABAT ini bernama Robby ( kapan kapan saya ulas tentang orang ini, sibuk banget gan orangnya hadehhhhh sulit ditemuin-.- :D ). uda ah ayo balik lagi ke Tropis Petshop ini, hehe . Petshop ini menjual berbagai macam hewan mulai dari ikan, hamster, landak mini, dan kucing pokoknya legal dah hehe, gak lengkap rasanya bila menjual hewan tanpa menjual keperluanya hehe :D, disini pun dijual juga berbagai macam keperluan untuk hewan piaraan anda, mulai dari pakan, serut kayu, pasir kucing/hamster sampai vitamin-vitamin pun ada :D. Ada juga vaksin untuk kucing biasanya she di adakan pada hari jumat gan hehe :)
uda gak lama lama ah monggo dilihat tampilan dalemnya Tropis Petshop Babat


khusus yang ini adalah manajer yang turun langsung dalam memberikan layanan kepada customer, panggil aja Bang Irawan a.k.a Mendeh:D piss ndeh yo :D









o iya bagi para wisatawan ataupun hanya singgah sebentar di Kota Babat yang membawa hewan piaraan monggo mampir sebentar, Tropis Petshop juga menyediakan jasa penitipan kucing dan pemacakan kucing.

Ok sekilas tentang Tropis Petshop lain kali ane akan bahas tempat tempat menarik yang ada di Kota Babat ini gan. :) 

KOPI CAK IS ( Depan SMA 1 BABAT )

KOPI CAK IS 

( Depan SMA 1 BABAT )

Ya inilah salah satu tempat nongkrong/cangkruk/angkringan, baik anak muda dan orang tua. Gak tau juga sebenernya sejarah kopi cak is ini sebelumnya tapi kopinya dijamin lazisssss harganya pun tidak semahal yang anda bayangkan, pas lah untuk kantong para pelajar dan sangat pas untuk kantong para bapak-bapak hehehe,
Ya tempatnya she sederhana, saya sarankan untuk wisatawan yang menginap di hotel maupun dirumah saudara mampirlah untuk sekedar mencicipi secangkir kopi di cak is ini, bila anda lapar di depan kopi cak is terdapat juga  penjual nasi goreng,  yang anda dapatkan disini adalah suasana khas kekeluargaan yg kental khas KOTA BABAT INI,
Beberapa tampilan kopi Cak Is ini :

o iya alamat kopi Cak Is ini berada di Jl. Sumowiharjo depan SMA 1 BABAT dekat dengan perempatan Gilang.

Itulah sekilas ulasan tentang salah satu WARKOP yang terdapat di KOTA BABAT ini. 

MONGGO SILAHKAN MAMPIR. :)

Jumat, 11 Oktober 2013

PENGENALAN KOTA BABAT

Babat, Lamongan
Dari Wikipedia
Babat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten LamonganJawa TimurIndonesia.
Pusat kota Babat terletak di persimpangan jalur antara Surabaya - Cepu dan Jombang - Tuban. Babat merupakan kota kecamatan terbesar kedua di Kabupaten Lamongan yang memiliki lokasi yang sangat strategis sehingga hal ini merupakan suatu aset yang sangat besar untuk pengembangan Kecamatan Babat untuk diperbesar lagi perannya selaku Kawasan Perdagangan di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Babat merupakan daerah atau kawasan grosir bagi 4 kota/kabupaten untuk memperoleh komoditas perdagangan terutama hasil-hasil pertanian. Di Babat terdapat 2 stasiun kereta api, yakni Babat dan Gembong. Penduduknya berjumlah 75.717 jiwa, yang terdiri dari 37.234 laki-laki dan 38.483 perempuan.
Di Kecamatan Babat terdapat potensi wisata yang untuk sementara ini belum dikelola secara teknis yaitu Gua Kelelawar dan Sendang Pucakwangi.